ANGKA KOSEPSI SAPI BALI PASCABERANAK YANG DI INSEMINASI BUATAN PADA WAKTU YANG BERBEDA
Abstract
Abstrak: Peranan sapi Bali sangat penting dalam pembangunan subsektor peternakan, sehingga untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi Bali perlu dilakukan sistem perkawinan secara iseminasi buatan. IB merupakan program yang telah dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif. Keberhasilan program IB dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, ternak betina itu sendiri keterampilan inseminator, ketepatan waktu IB, deteksi berahi, handling semen dan kualitas semen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kosepsi sapi bali pascaberanak yang di iseminasi pada waktu yang berbeda. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Padalembara Kecamatan Poso Pesisir Selatan Kabupaten Poso selama tiga bulan mulai bulan Juni hingga Agustus 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode percobaan lapang dengan sampel sebanyak 25 ekor sapi Bali yang di IB dengan waktu yang berbeda sebagai berikut, P1 = inseminasi dilakukan 0 - 5 jam setelah birahi, P2 = inseminasi dilakukan 6 - 11 jam setelah birahi, P3 = inseminasi dilakukan 12 - 17 jam setelah birahi dan P4 = inseminasi dilakukan 18 - 23 jam setelah birahi dan P5 = inseminasi dilakukan 24 - 29 jam setelah birahi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa Angka konsepsi sapi bali pasca beranak yang di inseminasi buatan pada 0 – 5, 6 – 11, dan 24 – 29 jam setelah timbulnya birahi adalah 0 (nol) atau tidak menghasilkan angka konsepsi Angka konsepsi sapi bali pasca beranak yang di IB pada 12 – 17 dan 18 – 23 jam setelah timbulnya birahi menghasilkan angka konsepsi 100 yang bermakna bahwa IB yang dilakukan pada waktu tersebut menghasilkan kebuntingan 100 %. Waktu yang terbaik untuk melakukan inseminasi buatan pada sapi bali pasca beranak adalah 12 – 23 jam setelah timbulnya birahi.
ABSTRACT: The role of Bali cattle is very important in the development of the livestock subsector, so to increase the productivity of Bali cattle, it is necessary to carry out a mating system by artificial insemination. IB is a program that has been recognized by farmers as an effective livestock reproduction technology. The success of the IB program is influenced by several things, including the female cattle themselves, the skills of the inseminator, the timeliness of IB, heat detection, semen handling and semen quality. This study aims to determine the conception rate of Bali cattle after calving which are inseminated at different times. The research was conducted in Padalembara Village, Poso Pesisir Selatan District, Poso Regency for three months from June to August 2020. The method used in the research was a field experiment method with a sample of 25 Balinese cattle that were inseminated at different times as follows, P1 = insemination was carried out 0 - 5 hours after estrus, P2 = insemination was carried out 6 - 11 hours after estrus, P3 = insemination was carried out 12 - 17 hours after estrus and P4 = insemination was carried out 18 - 23 hours after estrus and P5 = insemination was carried out 24 - 29 hours after estrus. The data obtained were analyzed descriptively and presented in tabular form. The results of the study showed that the conception rate of Balinese cows after calving that were artificially inseminated at 0-5, 6-11, and 24-29 hours after the onset of estrus was 0 (zero) or did not produce a conception rate. The conception rate of Balinese cows after calving that were IB at 12-17 and 18-23 hours after the onset of estrus produced a conception rate of 100, which means that the IB carried out at that time resulted in 100% pregnancy. The best time to perform artificial insemination on Balinese cows after calving is 12-23 hours after the onset of estrus.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Blakely, J. dan H.B. David, 1991. Ilmu Peternakan. Gadja Mada University Press,Yogyakata.
Djanah, D, 1985. Mengenal Inseminasi Buatan. CV. Simplex, Jakarta
Dwiyanto, K., dan I. Inounu. 2009. Dampak Cross Breeding Dalam Program Inseminasi Buatan Terhadap Kinerja Reproduksi Dan Budidaya Sapi Potong. Wartazoa. 19 (2) : 93- 102.
Fernanda, M. Thoriq., T. Susilawati dan N. Isnaini. 2014. Keberhasilan IB Menggunakan Semen Beku Hasil Sexing Dengan Metode Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll (SGDP) Pada Sapi Peranakan Ongole (PO). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 24 (3) : 1-8.
Hoesni F. 2015. Pengaruh Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) Antara Sapi Bali Dara Dengan Sapi Bali Yang Pernah Beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 15 (4) :20-27.
Huitema, H, 1986. Peternakan di Daerah Tropis. Arti Ekonomi dan Kemampuannya. PT. Gramedia, Jakarta.
Ihsan, M. N 2010. Ilmu Reproduksi Ternak. Malang : UB Press. Jainudeen M. R and E.S.E. Hafez. 2008. Cattle and Buffalo. In Farm Animal Reproduction ed by B. Hafez / E.S.E. Hafez Balckwell Publish : 159-172.
Iswoyo dan Widiyaningrum, P. 2008. Performans Reproduksi Sapi Peranakan Simmental (Psm) Hasil Inseminasi Buatan di kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. 11(3): 125-133.
Murtidjo, B. A, 1993. Beternak Sapi Potong. Kansinus, Yogyakarta
Pamayun, T.G.O., I.N.B. Trilaksana dan M.K. Budiasa. 2014. Waktu Inseminasi Buatan yang Tepat pada Sapi Bali dan Kadar Progesteron pada Sapi Bunting. Jurnal Veteriner. 15 (3) : 425-430.
Partodihardjo. S, 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta.
Pursley RJ, Silcox RW, Wiltbank MC. 1998. Effect of time of artificial insemination on pregnancy rates, calving rates, pregnancy loss, and gender ratio after synchronization of ovulation in lactating dairy cows. J Dairy Sci. 81:2139-2144.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Pengembangan Peternakan di Daerah Transmigrasi BPFE, Yogyakarta
Romano, M.A., W. H. Barnabe., A. E. D. F. Silva and Freites. 2005. The effectof nutritional level on advancing age at puberty in Nelore heifers. Ambiencia Guarapuava PR. 1:157-167.
Roelofs JB, Graat EAM, Mullaart E, Soede NM, VoskampHarkema W, Kemp B. 2006. Effect of insemination-ovulation interval on fertilization rates and embryo characteristics in dairy cattle. Theriogenology. 66:2173–2181.
Salisbury, G.W. dan N.L Van Demark, 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminsi Buatan pada sapi. Terjemahan Djanur, R. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sugiarti, T. dan B. S. Siregar. 1999. Dampak Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Sapi Perah Di Daerah Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 4 (1) : 1-6.
Sulaksono, A., Suharyati, S., dan Santoso, E. P. 2010. Penampilan Reproduksi (Servise Per Conception, Lama Bunting dan Selang beranak) Kambing Boerawa Di Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Gisting. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung
Susilawati, T. 2011. Spermatology. Malang : UB Press. Susilawati, T. 2011. Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan Dengan Kualitas dan Deposisi Semen yang Berbeda Pada Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ternak Tropika. 12 (02) : 15-24.
Soenarjo, G.D dan Toriie. J. H, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometik. Penerbit P.T. Gramedia, Jakarta.
Syarif, M. Z. Dan R. M, Sumoprastowo, 1984. Ternak Perah. CV. Yasaguna, Jakarta
Talip, C. 1988. Evaluasi dan Reproduksi Sapi Potong di Indonesia. Buletin Teknik dan Pengembangan Peternakan hal ; 21. Direktorat Bina Produktivitas Peternak, Jakarta.
Toelihere,M.R. 1985 Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Yasin dan S. H, Dilaga, 1993. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahannya. BumiAngkasa, Jakarta.
Yatim. W, 1990. Reproduksi dan Embriologi. Transito, Bandung.
DOI: http://dx.doi.org/10.71127/2828-9250.645
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.